TULISAN ILMIAH
SENI GAMBAR DAN LUKIS BUDAYA SUMATERA BARAT
Di susun oleh:
Zalfa Pauninda Luqyana
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas tulisan ilmiah yang berjudul Seni gambar dan lukis Budaya Padang.
Adapun tujuan dari penulisan dari tulisan ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas ini pada Bidang Ilmu Sosial Dasar. Selain itu, tulisan ilmiah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Seni gambar dan lukis Budaya Padang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ely Sapto Utomo Dr. S.E M.M, selaku dosen Ilmu Budaya Dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Saya menyadari, tulisan ilmiah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan tulisan ilmiah ini.
Depok,13 November 2021
Penulis
Zalfa Pauninda Luqyana
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjalanan seni lukis di Sumatera Barat
dimulai dari berdirinya Kweekschool (Sekolah
Pendidikan Guru) tahun 1837 di Bukittinggi.
Dari sekolah ini lahir seniman lukis bernama
Wakidi yang dikenal sebagai salah seorang
pelukis Indonesia pada masa Mooi Indie. Di
samping sebagai seniman, Wakidi dikenal
sebagai guru di INS Kayu Tanam, selain itu
Wakidi dikenal orang lewat karya-karya lukis
yang dibuatnya bernuansa Minangkabau,
walaupun Wakidi bukan kelahiran Sumatera
Barat namun kelahiran Palembang tapi Wakidi
identik dengan pelukis alam Minang jelita
(cantik).
Pengaruh Wakidi terhadap perkembangan seni lukis di Sumatera Barat sangat
kental sekali, dari didikan Wakidi inilah banyak
muncul seniman yang terkenal di kancah seni di
Indonesia seperti Oesman Efendi, Mara Kama,
Zaini, Ipe Makruf, Arby Samah, Mukhtar Apin,
hingga tokoh-tokoh muda saat ini. Banyaknya
alumni didikan Wakidi yang berkiprah di
Sumatera Barat berdampak pada berdirinya
sekolah-sekolah seni di antaranya IKIP
PADANG sekarang berganti nama menjadi
Universitas Negeri Padang, SMSR (SMKN 4)
Padang, dan ASKI sekarang bernama ISI
Padangpanjang, serta diikuti hadirnya sejumlah
sanggar dan galeri-galeri kecil yang bertebaran
di Sumatera Barat, dari sinilah lahir banyak
seniman berbakat baik yang berkiprah di dalam
maupun di luar Sumatera Barat.
Di Sumatera Barat banyak seniman
yang eksis berkarya seni salah satu faktor yang
mendukung adalah kehadiran Taman Budaya
yang menjadi tempat berkumpul bagi seniman
dan sebagai tempat pergelaran seni serta ajang
pameran. Kota Padang melalui Taman Budaya
sudah beberapa kali mengadakan kompetisi
seni lukis yang salah satunya “BIENAL
Sumatera Barat” banyak seniman yang
berpartisipasi dalam event ini baik seniman
Sumatera Barat yang berdomisi di Yogyakarta,
Bandung, Jakarta, Jambi, Medan dan kota-kota
lain di luar Sumatera Barat. Kiprah kompetisi
seni lukis di Sumatera Barat masih didominasi
seniman dari kota Padang, Bukittinggi,
Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari seni gambar dan lukis?
2. Siapa saja tokoh-tokoh yang melahirkan seni gambar dan lukis khas Sumatera Barat?
3. Apa makna dari lukisan yang dibuat oleh seniman tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian seni gambar dan lukis
Seni lukis merupakan salah satu
cabang dari seni rupa yang berupa karya 2 dimensi, melalui media kanvas atau
bagian permukaan yang datar.Seni lukis juga sering disebut sebagai pengembangan
dari sebuah karya yang termasuk ke dalam seni menggambar. Menurut KBBI seni
lukis merupakan sebuah karya dalam bentuk gambar, yang dibuat dengan
menggunakan beragam media seperti pulpen, pensil, kuasa dan sebagainya.
Setiap pelukis memiliki tujuannya
masing-masing dalam menghasilkan karya. Secara umum, tujuan dari seni lukis
dapat dibedakan menjadi enam, yaitu tujuan religius yang berarti pelukis
menjadikan karya seninya sebagai pengabdian atau persembahan terhadap Tuhan,
Dewa, atau nenek moyang, estetis yang berarti karyanya dapat dinikmati sebagai
dekorasi atau penghias, simbolis yang menggambarkan atau menyimbolkan suatu
cita-cita kehidupan baik cita-cita pribadi maupun kelompok, komersil yang
mengutamakan selera pembeli karya seninya, magis yang menjadikan lukisan
sebagai bahan untuk mendatangkan sihir atau magis, dan ekspresi yang
mengekspresikan perasaan pelukis tanpa ada unsur lainnya.
B. Karya Seniman dengan Tema Alam
Minangkabau
Pandangan masyarakat Minangkabau
terhadap falsafah "Alam Takambang Jadi
Guru" menjadikan orang Minangkabau belajar
dari alam dan lingkungannya, demikian juga
halnya seniman lukis yang menjadikan falsafah Alam Takambang Jadi Guru sebagai
sumber inspirasinya dalam berkarya seni.
Ketertarikan seniman di Sumatera Barat mengangkat alam dan budaya Sumatera Barat ke
dalam karyanya didasari dari beragam ide yang
bisa dituangkan menjadi karya di antaranya:
Rumah Gadang. Dijadikannya rumah
gadang sebagai ide penciptaan karya didasari
oleh bangunannya yang megah, unik.
karena
objek rumah gadang sangat banyak yang bisa
diekspos dan dijadikan ide seperti: kemegahan
bentuknya, bentuk bangunan yang biasa-biasa
saja, rumah gadang yang sedang dipugar,
rumah gadang yang sudah tua (terabaikan).
Selain rumah gadang terdapat juga objek Surau
(tempat ibadah selain masjid). Bagi seniman,
kehadiran surau sangat menarik untuk dijadikan
objek dalam berkarya hal itu didasari oleh
fungsi surau dahulunya berfungsi sebagai
tempat beribadah atau shalat tetapi sejak dari
dulu sudah menjadi tempat/pusat kegiatan
masyarakat selain tempat sholat juga sebagai
tempat untuk mengaji, penulisan dan
penyalinan kitap, diskusi keagamaan atau
musyawarah, belajar adat, tempat berlatih ilmu
beladiri. Selain itu surau berfungsi sebagai
tempat tinggal dan belajar bagi anak laki-laki
yang belum menikah.
Alam (panorama). Sumatera Barat
memiliki alam yang indah yang didukung oleh
perbukitan dan gunung, danau, sawah, sungai
yang asri yang dijadikan objek oleh seniman
dalam berkarya. Di Sumatera Barat terdapat
tempat-tempat wisata yang menarik seperti:
Ngarai Sianok, Lembah Harau, Jam Gadang,
Pantai Malin Kundang, Danau Singkarak,
Danau Maninjau, Danau di Atas dan di Bawah,
Air Terjun Lembah Anai, dan lain-lain.
Seniman-seniman yang berkarya
dengan alam Minangkabau tidak banyak
jumlahnya jika dibandingkan dengan seniman
yang berkarya dengan tema kontemporer,
namun berkat kesabaran dan konsistensinya
seniman ini tetap aktif berkarya dan mengikuti
berbagai event pameran baik yang sifatnya
bersama maupun tunggal, selain itu mereka
juga diundang sebagai narasumber pada kegiatan-kegiatan seni rupa. Adapun senimanseniman yang aktif berkarya dengan mengangkat alam Minangkabau ke dalam karyanya
antara lain: 1) Kamal Guci. 2) Afianto A
Contoh seniman di Sumetera Barat dan contoh lukisannya :
1. Evalyna Dianita
Evelyna Dianita merupakan pelukis
wanita di Sumatera Barat kelahiran Bukittinggi
pada tanggal 13 Juli 1966. Evelyna mulai
mengenal seni lukis pada tahun 1980. Evelyna
merupakan putri dari seniman lukis Afianto
Arifin yang merupakan pelukis senior di
Sumatera Barat. Evelyna merupakan seorang pelukis studio dan
umumnya karya–
karya Evelyna merupakan karya seni
fantasi, yakni berdasarkan pengamatan
terhadap alam dan
kehidupan wanita
Minangkabau yang dilukis Evelyna di studio
berdasarkan kekuatan imajinasinya. Bentuk
fantasi atau temuan atau pengembangan itu
kemudian menjadi renungan seniman bersangkutan sehingga karya-karya yang diciptakan
cenderung tergolong gaya fantasi.
Lukisan "Menumbuk Padi"
Sebuah karya lukis berjudul “Manumbuak Padi” dibuat oleh Evelyna Dianita tahun
2008 berukuran 80 x 100 cm dengan media cat minyak di atas kanvas. Lukisan tersebut
menghadirkan empat orang perempuan yang di representasi saat melakukan aktivitas
menumbuk padi menggunakan lesung dan alu dengan background rangkiang dan
pepohonan. Manumbuak padi merupakan sebuah kegiatan tradisional yang dilakukan oleh
perempuan Minangkabau secara bekerjasama untuk memisahkan beras dengan kulitnya.
Dalam sebuah karya memperhatikan unsur-unsur visual yang digunakan menjadi poin
penting, sehingga karya tersebut dapat di pahami dan dianalisis dengan baik berdasarkanunsur-unsur tersebut. Seperti garis, tekstur, warna dan lain sebagainya, secara rinci dapat
dilihat pada penjelasan berikut.
Garis
Garis terdiri dari berbagai macam seperti garis lurus (vertikal dan horizontal),
lengkung, miring dan gelombang, setiap garis memiliki pemaknaan yang berbeda. Karya berjudul “Manumbuak Padi” menghadirkan beberapa macam garis seperti garis lurus, miring dan lengkung. Masing-masing garis memiliki makna seperti lurus pemaknaan yang tegas dan kuat serta diaplikasikan pada bangunan rangkiang dan bangku kayu terlihat pada lukisan. Selanjutnya, garis miring mengesankan gerak, hal ini terlihat pada alu (alat menumbuk padi) yang dipakai sebagai bentuk aktivitas yang sedang berlangsung, garis lengkung mengesankan sesuatu yang berdaging seperti representasi figur perempuan.
Warna
Warna menurut jenisnya yaitu warna selaras dibagi menjadi warna monokromatik,
polikromatik dan kontras. Monokromatik istilahnya monochrome yaitu menunjukan
kecendrungan penggunaan dalam satu jenis warna. Efek kedalaman dalam pewarnaan monochrome dilakukan dengan menambah dan mengurangi intensitas warna. Sedangkan
kontras yakni menggunakan beberapa warna yang berbeda dan berlawanan.
Karya lukis di atas tervisualkan dengan objek empat perempuan mengenakan baju
kurung basiba dengan kombinasi warna monokrom seperti ungu (violet), biru, hijau serta
orange yang diberi cahaya putih (tone) dan mengenakan kain sebagai penutup kepala dengan
posisi dua perempuan (baju biru dan orange) berdiri sambil memegang kayu dengan posisi
menumbuk.
Satu perempuan (baju ungu) dalam posisi jongkok menghadap kebelakang serta
satu perempuan (baju hijau) berada diposisi paling kanan lukisan dengan sikap duduk di atas
sebuah bangku kayu sambil memegang sebuah nyiru (tampian).
Bidang
Selain figur perempuan juga terlihat beberapa objek lainnya seperti pohon-pohon,
rangkiang (tempat penyimpanan padi masyarakat Minangkabau) yang dijadikan pengkarya
sebagai latar belakang (background) serta objek terdekat paling kiri pada bagian lukisan
ada objek binatang (ayam) dengan posisi mematok ke tanah yang diberi warna gelap. Lukisan
ini tervisualkan di luar ruangan karena terlihat suasana awan yang berkabut serta pepohonan
dan bebatuan di atas tanah, semua ini memiliki interpretan berupa makna atau pesan yang
hendak disampaikan melalui Representamen.
Karya lukis “Menumbuk Padi” karya Evelyna merupakan
tanda yang memiliki dasar suatu peraturan yang berlaku umum sebagai sebuah konvensi atau
kesepakatan sosial. Legisign dalam karya Evelyna adalah lukisan yang memiliki latar budaya
Minangkabau, tanda ini diperjelas dengan kehadiran rangkiang yang merupakan tempat
menyimpan padi khas Minangkabau. Latar budaya semakin dipertegas dari ikon wanita yang
menggunakan pakaian baju kurung khas Minangkabau. Latar suasana dari karya Evelyna adalah suasana menumbuk padi, tanda ini diperkuat
dengan adanya alu atau kayu penumbuk padi dan lesung atau wadah penumbuk padi dan
serta padi itu sendiri. Ketiga benda tersebut adalah tanda dari peristiwa menumbuk padi yang sangat kental budaya Minangkabau. Ornamen-ornamen lainnya juga memperkuat tanda
legisign, seperti ikon karung padi, keranjang padi dan tampi beras
Selain rangkiang, representasi ayam
yang diberi warna gelap dengan posisi mematok ke tanah.
Ayam yang sedang mematok ke tanah bisa saja dengan waktu dan konteks yang
berbeda memunculkan makna lain seperti mewakili suatu sifat manusia atau mewakili spesies
ayam itu sendiri, namun jika diambil hanya bagian aktivitas menumbuk saja bisa jadi akan
menimbulkan pemaknaan yang berbeda pula. Akan lebih jelas sekali secara legising adalah
terlihat pada pewarnaan background langit-langit yang diberi warna putih dan dicampur
keabu-abuan yang terkesan seperti berkabut atau mendung.
Pewarnaan langit pada karya “Manumbuk Padi” yang berkabut tidak semata-mata
posisinya sebagai langit, namun mewakili suatu perasaan seperti sedih, iba, rindu atau
prihatin. Pencampuran warna putih dengan keabu-abuan di langit yang mengesankan
berkabut atau mendung memiliki banyak sekali penafsiran salah satunya akan terjadi hujan
atau bencana alam, namun semua itu tergantung penempatan atau penggunaannya, maka
hal ini merupakan bagian dari sunsign karena berhubungan dengan waktu.
Makna Lukisan "Menumbuk Padi"
Pemaknaan karya lukis Evelyna “Manumbuk Padi” merupakan ungkapan
kegelisahan Evelyna terhadap budaya-budaya peninggalan nenek moyang Minangkabau
yang mulai memudar seperti terlihat pada karya yang berjudul “Manumbuk Padi". Karya
tersebut menghadirkan aktivitas menumbuk padi dilihat dari konteks sekarang aktivitas
tersebut sudah jarang sekali ditemukan karena sudah digantikan teknologi canggih seperti
heler. Padahal aktivitas tersebut bagi masyarakat masa lampau mampu meningkat nilai-nilai
sosial dan tali silaturahmi karena dilakukan secara bersama-sama dan gotong royong di
halaman rumah gadang. Sekarang aktivitas tersebut sudah jarang sekali dilakukan oleh
masyarakat Minangkabau.
Kesimpulan
Karya seni merupakan hasil kontemplasi seniman terhadap tanda-tanda yang ia
tangkap pada realitas. Tanda-tanda (secara konvensional maupun secara metafora) yang
dituangkan seniman didalam karya seni merupakan jembatan penghayat seni untuk
menangkap makna yang terkandung didalam karya seni. Memahami tanda adalah cara untuk
mengupas secara tuntas makna-makna yang terselubung dibalik tanda-tanda yang ada.
Daftar Pustaka
http://visualheritageblognasbahry.blogspot.com/2011/01/lukisan-lukisan-studi-nasbahry-c_16.html
http://visualheritageblognasbahry.blogspot.com/2011/01/lukisan-lukisan-studi-nasbahry-c_16.html
https://www.cryptowi.com/pengertian-seni-lukis/
https://www.mail-archive.com/rantau-net@groups.or.id/msg01745.html
https://www-semangatnews-com.translate.goog/evelyna-dianita-srikandi-wanita-indonesia-dari-sumbar-yang-tetap-eksis/?_x_tr_sl=id&_x_tr_tl=en&_x_tr_hl=en&_x_tr_pto=nui,sc
https://www.mail-archive.com/rantau-net@groups.or.id/msg01745.html
Komentar
Posting Komentar